Langsung ke konten utama

Karena Peselingkuh Cocoknya Tinggal di Empang

Hola!
Jadi tadi pagi, eike emosi gegara baca IG Lamtur. Gimana enggak, itu si Enjiiii.. enji mantannya si ATT yang sekarang udah punya bini cantik-imut-soleha-lembut-menggemaskan, dan punya seorang putri, disebut selingkuh. LAGI.

Gue nggak punya kata selain: GBLK.

Tai cicak banget kalau ada orang yang masih mengulangi perselingkuhannya. Percuma aja disekolahin tinggi-tinggi, belajar banyak, belajar soal menghargai orang lain, kalau kelakuannya kayak oncom peres. Nggak ada harganya. Lo yang selingkuh itu enggak cuma merendahkan orang lain, tapi juga diri lo sendiri. Lo enggak ubahnya menganggap diri lo itu bukan manusia. Karena manusia mana yang tega menyakiti manusia lain? Menurut Al Hadits riwayat…….*lupa matiin mode setajah

Iya lah, bajingan ya bajingan. Enggak usah malah nyalahin pasangan lo. Lo bilang lo selingkuh karena pasangan lo masih punya kurang. Plis deh, yang kurang itu ya elo. Kurang ajar. Kurang waras. Kurang terdydyq. Lupa cara jadi manusia kayak gimana. Kalau perlu nanti gue bikini deh tutorial jadi manusia. Ya walo gue belum bener2 amat juga. Tapi setidaknya gue mencoba jadi insan yang baik dan enggak menyakiti orang lain…*hazeeek

Kalau emang lo menganggap pasangan lo masih kurang, BILANGIN dong. Tolol amat. Kalau masih enggak bisa dibilangin, TINGGALIN. PISAH BAIK-BAIK. Sampai di sini abang dan adek paham?

Dan kalo lo masih picik juga dengan menganggap punya alasan MASUK AKAL buat selingkuh, sekarang gini deh. Lo mau nggak kalau pasangan lo selingkuh juga? Lo mau nggak kalau di belakang lo, pasangan lo diam-diam sedang merajut asmara (bahkan mungkin juga seks) dengan orang lain? Dengan alasan…bahwa lo terlalu jelek. Lo terlalu menyebalkan. Lo terlalu membosankan.

MAU? MAU DIBEGITUKAN?

Mau juga nggak kalau ternyata orang tua lo yang diselingkuhin? Kalau lo udah ngerti soal rasio terbalik ini, tapi lo masih aja selingkuh, ya udah. Emang lo-nya aja yang enggak punya harga diri.

Salam julid.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Orang Kedua atau Diduakan?

Pelakor ya pelakor. Peselingkuh ya peselingkuh. Najis. Mau lo cowok atau cewek, coba deh rasain diduain. Itu juga kalo elonya setolol itu mau nyobain hahaha.. Apa sih enaknya menikmati sesuatu secara terbagi? Makanan aja kadang lo sebel bagi ke orang lain, apalagi pasangan. Lo mau, rela, ikhlas, whatever you name it, kalo ternyata pasangan lo itu kecup-kecup dan peluk-peluk manja orang lain juga? Lo mau, panggilan "cinta", "sayang", bebeb (jadi kayak si Riana Rara Encum dong ye), itu diucapin pasangan lo juga ke orang lain? Ke cowok lain? Lo mau bayangin lo di kamar tidur sendirian, galau, sementara pasangan lo lagi melukin cewek atau cowok lain sambil yayang-yayangan? Kalau lo mau mah HEBAT. Gue mah apa atuh yang mudah jijik ke makhluk semacam pelakor dan peselingkuh. Asli jijik banget sumpah sama laki dan perempuan yang serakah. Yang enggak sadar kalo tiap orang juga punya kekurangan dan ga sadar kalo LO ITU CUMA ULEKAN SAMBEL. Pantesnya dibecek-becek. Em

Membiasakan Bahagia

Apa yang kita perempuan harapkan dari sebuah patah hati? Kekasih baru, kesembuhan, hilangnya trauma, atau justru harapan paling sederhana… bisa memaafkan diri sendiri? Sedih, merasa lemah, tidak berdaya, nyatanya seperti rutinitas yang terulang. Dan seperti kebahagiaan, kesedihan pun bisa menjadi sebuah kebiasaan. Apalagi jika kita membiarkannya. Betul yang dikatakan banyak orang, apakah kita akan bahagia atau sedih, pikiran dan hati kitalah yang mengatur. Bukan berarti lantas semua menjadi mudah. Membiasakan untuk bahagia saja susahnya bukan main, apalagi belajar tidak mengizinkan sedih singgah. Sungguh, bukan perkara mudah. Pun buat saya yang selama ini terbiasa berbagi dengan sejumlah sahabat dekat –yang lebih mirip saudara sekandung, malah. Tapi hari ini, saya belajar menguatkan diri. Tidak melulu bergantung padanya karena saya tau pikirannya sudah sesak urusan hati dan pekerjaan. Hari ini, saya belajar untuk kuat. Juga belajar untuk menerima segala ken